/1/
debu yang melekat di bajuku
telah kau jentikkan,
ranting yang merintangi jalanku
telah kau singkirkan,
keringat yang membasahi wajahku
telah kau keringkan,
sebuah kegagalan
jika aku kehilanganmu, Sayang.
/2/
warnamu untukku cukup mencerahkan,
bagaimana dariku untukmu?
sedang kuramu dengan
semangat yang kau berikan, Sayang,
siang dan malam adalah
ibarat lain untuk saling membutuhkan:
mereka diam,
tapi bisa kita rasakan berbagai ragam.
/3/
kemudian hampa menjadi hantu
dalam penantian,
mendatangkan siluet-siluet buruk rupa
yang mengancam keteguhan,
tapi keyakinan bagai ajimat:
melumat mereka dalam sekedip mata.
/4/
aku melihatmu tanpa sangka lagi, Sayang,
hidupku telah kuniat untuk yang sakral:
seperti setiap kali aku berdoa;
kita adalah satu dari beberapa rahasia Tuhan,
hari-hari adalah akar-akar
yang menopang cita-cita,
kejujuran akan merawat harapan,
sampai masa itu datang dan kita nikmati bersama.
Rumoh Aceh, 14 Mei 2013