Kebanggaan ‘Keumala’, Kekecewaan Sela


Silla Vaqa Ismi memperlihatkan kopian surat permohonan izin latihan dan syuting dari Indirama Films. Surat ini ditujukan ke Dinas Pendidikan Kota Sabang. PIKIRAN MERDEKA/HERI JUANDA

Selasa (28/2) malam, film Keumala diputar perdana di Planet Hollywood Jakarta. Film yang mengundang decak kagum pemirsa. Sampai-sampai, Ketua DPRK Sabang Abdul Manan dan Wakil Wallikota Sabang T Islamuddin menonton ke ibukota. Lagipula, Islamuddin berperan sebagai seorang dokter. Namun, seorang anak yatim Sabang yang memerankan Inong, kecewa berat. Tanpa undangan, dirinya diabaikan. Continue reading “Kebanggaan ‘Keumala’, Kekecewaan Sela”

1920


Empat angka ini bukanlah tahun masehi yang ke-1920. Tapi angka 1920 sering dipakai orang Aceh dalam berkomunikasi dengan mengucapnya “sikureueng blaih wa ploh”. Selain 1920 kerap juga diucap 1112 (siblaih wa blaih). Kata Jailani, keduanya merupakan sebuah perbandingan. Ditujukan pada kelakuan seseorang/lembaga dimana sebuah fakta di dalamnya (baik positif/tidak) dibandingkan dengan orang atau lembaga satu lagi yang juga nyaris sama faktanya. Kalau pun beda, hanya beda tipis.

Jailani mencontohkan pada pemberitaan beberapa media massa edisi 25 April 2011 yang memberitakan kebobrokan provinsi dengan otonomi daerahnya. Disebutkan, hasil evaluasi Departemen Dalam Negeri menyatakan skor empat provinsi terburuk dalam otonomi daerah, yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Papua, dan Aceh. Ini artinya tak salah jika Aceh dan Papua adalah sikureueng blaih wa ploh atawa siblaih wa blaih.

Meunyo talop seujarah (bila menyingkap sejarah),” kata Jailani, “Aceh dan Papua juga sikureueng blaih wa ploh dalam hal usaha memerdekakan diri dari RI.” Konflik bersenjata antara GAM dan RI siblaih wa blaih dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan RI. Penganiayaan oleh TNI terhadap masyarakat sipil yang diduga (entah sengaja diduga) anggota separatis/pemberontak juga sikureueng blaih wa ploh. Nasib..nasib.

Aneh. Aceh dan Papua memang 1920. Di negara Indonesia; yang satu pangkal, satu lagi ekor. Simbol keduanya sering didengung-dengungkan dan dibangga-banggakan. “Tanah airku dari Sabang sampai Merauke.” Kedua daerah ini juga kaya sumber daya alam. “Makanya pemerintah pusat iri sama Aceh dan Papua. Lalu mereka mencoba merebutnya dengan cara memerangi (dulu),” duga Ari.

Oke.. oke.. “Je, kau tatap wajahku,” pinta Brahim, “sikureueng blaih wa ploh dengan Shah Rukh Khan kan.” Je (Jailani) terhenyak dan berkata, “Lebay kau Him. Lagee jampok kah.” Ah, Brahim masih merem-merem dan riang. Ya sudahlah. “Kinerja Pemda Aceh lawet nyoe lagee peue (selama ini seperti apa)?” tanya Jailani pada kawannya. “Lagee pliek,” sahut temannya serentak.[]

(CP HA 30/4/11)